Bertahan Hidup di Usia 20-an dan Fase yang Paling Berat
Lebah Bee - Memasuki usia 20 ke atas adalah fase di mana kita sedang mencari jati diri. Ada juga yang bilang, 'Masa transisi pendewasaan' dan usia yang produktif.
Tak sedikit juga orang berpendapat di usia segitu adalah tempat medan perang sesungguhnya, di mana orang-orang saling berlomba-lomba untuk menunjukkan kehebatannya.
Sebagian lagi ada yang mengatakan memasuki umur kepala dua ke atas adalah kesempatan untuk mencoba hal-hal yang baru, dan mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperhatikan kestabilan dalam hidup.
Namun, bagi saya, di usia segitu adalah fase terberat dimana saya harus bisa belajar untuk menerima dan mengerti bahwa hidup itu tidak semudah seperti anak kecil jalanin yang kalau ingin sesuatu tinggal Merengek untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Di usia ini, api dunia yang di dalamnya ada tanggung jawab semakin besar, dan harus kita pikul.
Tekanan pun semakin bertambah, entah itu lingkungan keluarga, pertemanan, pekerjaan, overthinking, cemas, khawatir, gelisah, karena merasa terbebani dengan ekspektasi diri sendiri maupun orang lain.
Kadang saya sendiri takut tidak bisa jadi apa-apa. Saya saja ragu dengan diri saya sendiri. Sepertinya, jika dibandingkan dengan orang-orang di luar sana, saya hanya sebutir pasir di antara lautan yang begitu luas.
Saya kecil, redup, penuh dengan kelemahan, tapi apa daya, lingkungan selalu menuntut untuk sempurna. Wajar gak sih jika saya banyak takutnya gagal, dikit mulai overthinking, takut dihukum, takut dihakimi, takut dibully.
Saya juga merasa kesepian. Teman-teman yang tadinya dekat sering menghabiskan banyak waktu bersama. Satu persatu berubah, mereka mulai sibuk dengan dunianya masing-masing.
Ada yang fokus untuk mengejar cita-citanya di perantauan, ada juga yang sibuk bekerja, ada juga yang sudah menikah kemudian memulai membangun rumah tangga.
Di usia segini, saya juga mulai sering merasa insecure yang berlebihan terhadap diri sendiri maupun orang lain, entah itu soal fisik, kehidupan sosial, atau segala pencapaian yang mereka dapat melebihi saya.
Saya juga menyadari perubahan di dalam diri saya, di mana saya menjadi pribadi yang lebih egois, mudah emosian, lebih banyak stres, frustasi. Hidup yang kenyataannya tidak semenarik impian waktu dulu.
Ternyata, proses menjadi dewasa itu seberengsek ini. Hah, banyak platesnya, mengeluhnya. Sekarang apa-apa harus mandiri, apa-apa harus sendiri.
Capek ya, semua harus dibungkus dalam kata sabar, sabar, dan sabar. Pernah enggak sih kalian berpikir, rasanya pengin pensiun aja jadi manusia? Masalah enggak pernah ada habis-habisnya datang, silih berganti.
Di usia 25 sampai 29, kita akan dihadapkan banyak sekali yang membuat kita kebingungan. Yang baru putus cinta, ditinggal nikah, mulai depresi, lalu kesulitan caranya untuk mengelanjutkan hidup yang baru.
Jatuh cinta kasmaran, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Mulai gelisah, sedih, kemudian kesulitan untuk menata hati kembali. Yang baru menjalin sebuah hubungan, mulai kebingungan. Bagaimana caranya menyelaraskan sebuah hubungan.
Yang jomblo mulai khawatir karena usia semakin tua, tapi kunjung menemukan. Frustasi kembali hadir, menjajah karena sudah merencanakan sebelum mencapai usia 30 tahun tuh harus menikah.
Saya gak heran lagi, faktor di atas sebanyak membuat kita kesulitan tidur, galau sepanjang malam. Juga mulai terbentuk lingkaran hitam di bawah mata, membuat wajah semakin kusut.
Jadi, kapan terakhir kali kita bisa tidur dengan nyenyak di fase usia sekarang? Memang meresakan ya, tapi tidak apa-apa. Kamu enggak sendirian kok. Mari kita nikmati bersama.
Tetaplah hidup, walaupun dunia tidak semanis negeri dongeng, dan jangan dihakimi setiap perasaan yang hadir. Juga, jangan pernah memaksakan diri jika gagal.
Berhentilah ambil jeda, karena kegagalan bukan undangan untuk mencoba kembali. Kegagalan bukanlah hal yang harus ditiadakan. Tidak perlu mendikte diri sekeras itu.
Tidak perlu berusaha mengendalikan hal-hal yang di luar jangkauan pun kemampuan kita, karena kegagalan adalah bagian dari kehidupan. Saya, kamu, dia, gak sendirian. Semua orang juga menghadapi fase ini. Jadi, semangat guys!"