Menikah Diusia Muda

Menikah Diusia Muda

Menikah adalah suatu hal yang dilakukan manusia untuk menyempurnakan hidup dari satu insan menjadi dua insan yang utuh dan sempurna. Menikah sebagai pengikat janji antara dua insan untuk sehidup semati sepajang hayat sampai ajal menjemput.

Pernikahan dilakukan karena banyak sebab ada yang karena telah siap menjalani hidup, ada yang tentang perekonomian, ada yang dilakukan karena nama baik dan lain lain. Tujuan menikah adalah untuk menciptakan keluarga yang bahagia kelak dan melahirkan generasi yang baik.

Namun dilain sisi saat ini menikah suatu ajang percobaan bagaimana tidak perceraian terjadi mana mana, mungkin saja kantor pengadilan agama sudah bosan setiap hari pekerjaannya hanya mengurus perceraian pernikahan yang baru seumur jagung.

Fenomena seperti itulah yang saat ini terjadi, mengkhianati janji yang telah diucapkan saat ijab kabul yang semestinya dari tujuan itu menerima seutuhnya satu sama lain.

Perkembangan jaman yang terus maju menjadikan anak muda saat ini sebuah dampak realita ada yang bermental kuat dan ada yang bermental lemah.

Yang bermental kuat akan terus maju dengan mengedepankan kesuksesan dalam hal karir sedangkan yang bermental lemah akan terusik psikologisnya.

Gelisah melihat tetangga yang terus maju dan disini lah sebuah titik yang memperparah psikologis anak muda, peran orang tua yang sangat besar seharusnya menguatkan anak untuk merubah nasib ekonomi keluarga

tetapi menambahkan sebuah beban yang seharusnya belum saatnya utuk dilakukan yaitu menikah muda atau bahkan dibawah umur pernikahan.

Misalkan anak yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas dan diminta oleh orang tuanya menikah saja daripada melanjutkan sekolah atau mencapai apa yang dicita-citakan oleh anak dengan sebuah alasan sekolah tinggi tinggi untuk apa yang akhirnya setlah selesai jadi petani dan kembali menjadi ibu rumah tangga didapur.

Dan anak mengiyakan dengan berat hati, akhirnya membangun keluarga dengan kaki yang pincang kenapa seperti itu.

Bayangkan seorang anak yang baru saja selesai dari bangku SMA atau umur dibawah 20 tahun harus membangun keluarga yang sudah disepakati dengan problema kehidupan yang semakin carut arut dan kemajuan jaman yang terus maju ditambah lagi bekal yang dibawa untuk membangun keluarga yang sangat minim.

Prahara dan gejolak kehidupan menjadikan sebuah ego yang menjadi terdepan, ekonomi yang menjadi permasalahan yang sering menjadi perdebatan, perkuatan soal agama yang minim menjadi sebuah permasalahan terus menjadi besar.

Pernikahan yang diawali senang atau pun paksaan bukan karena kesiapan yang terjadi ialah sebuah ego yang menjadi raja.

Permasalahan agama ialah soal utama bagaimana menginginkan anak yang soleh dan solehah tetapi mempunyai bekal agama yang cukup, ini menjadi permasalahan yang besar untuk anak muda saat ini yang seharusnya orang tua sadar akan hal ini.

Mencari sama-sama ialah sebuah ungkapan yang sudah basi, cobalah liat keluar sudah seberapa banyak perceraian yang terjadi hanya perihal ekonomi. Ini adalah contoh yang besar yang tak pernah disadari dan terus diulangi tanpa pertimbangan.

Laki-laki itu akan memiliki tanggung jawab yang dibawa sampai diakhirat nanti bukan hanya dirinya saja tetapi bagaimana ia memimpin sebuah keluarganya. Bagaiamana ia menafkahi tentang lahir dan batinnya, menafkahi bukan hanya menafkahi lahirnya saja tapi batinnya juga yaitu salah satu tentang agama.

Lalu bagaimana jika tidak paham tentang agama? Padahal yang menjadi paling utama dalam pernikahan ialah agamanya bukan hartanya bukan parasnya.

Dilain sisi seorang wanita akan menjadi ibu dan akan menjadi madrasah pertama untuk anak anaknya, bagaimana ketika seorang ibu tidak memeliki intelektual yang baik tapi menginginkan anak yang cerdas, semua buah jatuh itu tidak jauh dari pohonnya terkecuali menanam pohonnya disebuah lereng atau dipinggir jurang tapi itu sedikit mustahil jikalau tak didukukung dengan tekad dan kegigihan yang kuat.

Jadi menikahlah karna bekal yang akan dibawa dirasa sudah mencukupi, agar nanti ketika disebuah perjalanan yang panjang bekal itu tidak habis dan tidak terjadi sebuah pertengkarang yang berujung perceraian.

Persiapkan ilmu tentang agama, persiapkan mental psikologis, persiapkan tentang ekonomi. Menikah bukan perihal nafsu dan janji tapi ada tanggung jawab yang akan dihakimi.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url