Apakah Hidup Hanya Untuk Orang Lain?
Diusia yang sudah memasuki kepala 2 menuju kepala tiga menjadi banyak sekali perubahan dalam kehidupan, entah pola pikir, fashion, pertemanan, keluarga, dan masih banyak yang lain.
Dalam lingkup proses pendewasaan seseorang akan banyak sekali problem yang harus diselesaikan, management waktu yang mulai sulit untuk diatur namun harus diatur secara rinci, management keuangan yang harus mulai rapih walaupun terlahir dari keluarga yang punya.
circle pertemanan yang terus menerus mulai menyusut entah apapun penyebabnya, pola pikir yang harus dikembangkan agar tidak ketinggalan dari orang lain.
Keadaan sekarang menjadi sangat rumit, ingin menyerah tapi sia sia ingin maju namun seolah semua keadaan tak pernah mendukung, berfikir harus lebih dua kali agar menjadi lebih dinamis, menarik nafas lebih panjang daripada biasanya dan hembusannya pun lebih hangat dari yang semestinya.
Kehidupan sekarang menjadikan diri lebih mandiri dari sudut mana pun sulit rasanya sekarang untuk mengandalkan orang lain, hidup saat ini harus lebih multi talent.
Kenapa bisa seperti itu? banyak sekali jawaban untuk dijadikan jawaban namun setidaknya judul tulisan ini sudah mewakili jawaban itu. Saya pernah membaca sebuah tweet yang isinya “hidup sekarang nggak usah nggak enakkan sama orang lain nanti orang lain seenaknya sama kita.”
Dan semua orang setidaknya pernah diperlakukan seperti itu tentunya tidak enak sekali ya kan, sering kali kita mengeluh atas hal seperti itu karena tidak sesuai dengan apa yang kita diharapkan bahkan kita pun tidak meminta kembalian atau imbalan apapun kita hanya meminta dihargai saja kata terimakasih setidaknya sudah cukup.
Namun kebanyakan orang merasa itu hanya hal sepele dan tidak penting bagi pelaku. Terkadang kita sangat mudah mengiyakan seseorang agar tidak melukai hatinya tanpa memikirkan urusan kita sendiri yang terkadang lebih rumit tetapi kita lebih mementingkan orang lain.
Terkadang untuk memaknai kehidupan sekarang sangat sulit untuk diuraikan padahal banyak sekali yang ingin diceritakan tapi kita memilih memendam karena tidak adanya orang lain yang dijadikan sebagai pendengar yang baik dan pada akhirnya hanya ada dua kemungkinan dari masalah yang dipendam itu membuat kita lebih bisa mengatasi masalah tanpa orang lain atau kita menjadi down karena tak tau harus memulai darimana dan enggak tau kunci untuk membuka pintu.
Sering kali kita terlalu peduli sama orang lain sampai akhirnya kita melupakan diri kita sendiri, lupa sama kesehatan badan, kesehatan mental dan tentunya masih banyak yang kita lupakan dari diri kita hanya untuk mengiyakan urusan orang lain dengan dalih “aku nggak enak sama dia nanti dia gini gini” padahal orang lain enggak pernah memikirkan kita sedikit pun.
So, sekarang kita harus berfikir lebih luas lagi, mari kita pulang ke diri kita yang telah usang karena sudah lama kita meninggalkan diri kita. Rawat kembali apa yang sudah mulai rusak, masih banyak orang yang harus kita banggain salah satunya orang tua yang sudah mulai menua dan orang orang yang selalu menghargai keberadaan dan usaha kita.